JAHANNAM SETELAH 300 KM

Gurun Sahara Bisa Menghijau jika 2 Jenis Pembangkit Listrik Didirikan -  kumparan.comAku mengenal seorang pemuda yang dulu termasuk orang-orang yang lalai dari mengingat Allah. Dulu dia bersama dengan teman-teman yang buruk sepanjang masa mudanya. Pemuda itu meriwayatkan kisahnya sendiri:

“Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, aku dulu keluar dari kota Riyadh bersama dengan teman-temanku, dan tidak ada satu niat dalam diriku untuk melakukan satu ketaatanpun untuk Allah, apakah untuk shalat atau yang lain.”

“Alkisah, kami sekelompok pemuda pergi menuju kota Dammam, ketika kami melewati papan penunjuk jalan, maka teman-teman membacanya “Dammam, 300 KM”, maka aku katakan kepada mereka aku melihat papan itu bertuliskan “Jahannam, 300 KM”. Merekapun duduk dan menertawakan ucapanku. Aku bersumpah kepada mereka atas hal itu, akan tetapi mereka tidak percaya. Maka merekapun membiarkan dan mendustakanku.

Berlalulah waktu tersebut dalam canda tawa, sementara aku menjadi bingung dengan papan yang telah kubaca tadi. Selang beberapa waktu, kami mendapatkan papan penunjuk jalan lain, mereka berkata “Dammam, 200 KM”, kukatakan “Jahannam, 200 KM”. Merekapun menertawakan aku, dan menyebutku gila. Kukatakan: “Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya aku melihatnya bertuliskan “Jahannam, 200 KM”.” Merekapun menertawakanku seperti kali pertama. Dan mereka berkata: “Diamlah, kamu membuat kami takut.” Akupun diam, dalam keadaan susah, yang diliputi rasa keheranan aku memikirkan perkara aneh ini.

Keadaanku terus menerus bersama dengan pikiran dan keheranan, sementara keadaan mereka bersama dengan gelak tawa, dan candanya, hingga kemudian kami bertemu dengan papan penujuk jalan yang ketiga. Mereka berkata: “Tinggal sedikit lagi “Dammam, 100 KM”.” Kukatakan: “Demi Allah yang Maha Agung, aku melihatnya “Jahannam, 100 KM”.” Mereka berkata: “Tinggalkanlah kedustaan, engkau telah menyakiti kami sejak awal perjalanan kita.” Kukatakan: “Turunkan aku, aku ingin kembali.” Mereka berkata: “Apakah engkau sudah gila?” Kukatakan: “Turunkan aku, demi Allah, aku tidak akan menyelesaikan perjalanan ini bersama kalian.” Maka merekapun menurunkanku, akupun pergi ke arah lain dari jalan tersebut. Akupun tinggal di jalan itu beberapa saat, dengan memberikan isyarat kepada mobil-mobil untuk berhenti, tetapi tidak ada seorangpun yang berhenti untukku. Selang beberapa saat, berhentilah untukku seorang sopir yang sudah tua, akupun mengendarai mobil bersamanya. Saat itu dia dalam keadaan diam lagi sedih, dan tidak berkata-kata walaupun satu kalimat.

Maka kukatakan kepadanya: “Baiklah, ada apa dengan anda, kenapa anda tidak berkata-kata?” Maka dia menjawab: “Sesungguhnya aku sangat terkesima dengan sebuah kecelakaan yang telah kulihat beberapa saat yang lalu, demi Allah aku belum pernah melihat yang lebih buruk darinya selama kehidupanku.” Kukatakan kepadanya: “Apakah mereka itu satu keluarga atau selainnya?” Dia menjawab: “Mereka adalah sekumpulan anak-anak muda, tidak ada seorangpun dari mereka yang selamat.” Maka dia memberitahukan kepadaku ciri-ciri mobilnya, maka akupun mengenalnya, bahwa mereka adalah teman-temanku tadi. Maka akupun meminta kepadanya untuk bersumpah atas apa yang telah dia katakan, maka diapun bersumpah dengan nama Allah.

Maka akupun mengetahui bahwa Allah  telah mencabut roh teman-temanku setelah aku turun dari mobil mereka tadi. Dan Dia telah menjadikanku sebagai pelajaran bagi diriku dan yang lain. Akupun memuji Allah yang telah menyelamatkanku di antara mereka.”

Syaikh Abu Khalid al-Jadawi berkata: “Sesungguhnya pemilik kisah ini menjadi seorang laki-laki yang baik. Padanya terdapat tanda-tanda kebaikan, setelah dia kehilangan teman-temannya dengan kisah ini, yang setelahnya dia bertaubat dengan taubat nashuha.”

Maka kukatakan: “Wahai saudaraku, apakah engkau akan menunggu kehilangan empat atau lima teman-temanmu sampai kepada perjalanan seperti perjalanan ini? Agar engkau bisa mengambil pelajaran darinya? Dan tahukah kamu, bahwa kadang bukan engkau yang bertaubat karena sebab kematian teman-temanmu, melainkan engkaulah yang menjadi sebab pertaubatan teman-temanmu karena kematianmu di atas maksiat dan kerusakan.” Na’udzu billah.

Ya Allah, jangan jadikan kami sebagai pelajaran bagi manusia, tetapi jadikanlah kami sebagai orang yang mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada mereka, dan dari apa saja yang terjadi di sekitar kami. Allahumma Amin.”

(Abu Khalid al-Jadawy)

Sumber : Majalah Qiblati Edisi 5 Volume 3
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

_"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun."_

(Hadits ini shahih.Diriwayatkan oleh Imam Muslim) 
Share:

NABI DITOLAK ORANG KAFIR, NDAK EMOSI, KOK…

3 Jenis Gratifikasi yang Harus Ditolak dan Beberapa yang Tidak Harus  Dilaporkan oleh Karyawan
Sobat, anda berdakwah lalu ditolak itu adalah satu hal yang wajar, anda bukan korban pertama namun demikianlah dinamika dakwah sepanjang masa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengalami hal yang serupa bahkan lebih parah, demikian pula dengan nabi nabi sebelumnya.

Pada tahun keenam hijriah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menunaikan ibadah umrah bersama para sahabatnya. DIperkirakan beliau membawa sekitar 1.400 orang sahabat dengan berbagai perlengkapan perang untuk mempertahan diri.

Kehadiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama pasukan segitu banyak menyebabkan orang-orang Quraisy kebakaran kumis. Betapa tidak, kemarin, enam tahun silam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar meninggalkan kota Makkah hanya ditemani oleh seorang sahabat, yaitu Abu Bakar radhiallahu ‘anhu, sedangkan kini beliau kembali dengan membawa pasukan besar.

Secara fsikologi, ini merupakan pukulan berat bagi orang-orang Quraisy, bagi mereka kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kali ini mereka anggap sebagai show of power, yang dapat berdampak pada runtuhnya wibawa Quraisy yang selama ini berperan sebagai super power di negri arab.

Karenanya, dengan segala kekuatan dan daya yang dimiliki, Quraisy berusaha mempertahankan kedudukan sosialnya sebagai super power di negri arab. Mereka menolak kehadiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke kota Makkah yang tanpa “kulo nuwun” terlebih dahulu kepada mereka. Quraisy ingin membuktikan kepada bangsa arab bahwa mereka tetap memiliki power untuk memimpin dan mempertahankan mahkota “super powernya”.

Negoisasi antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan delegasi Quraisy terus terjadi, hingga akhirnya dicapai kesepakatan bahwa :

1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama seluruh sahabatnya kembali ke Madinah dan menunda umrahnya hingga tahun depan.

2. Setiap penduduk Makkah yang melarikan diri ke kota Madinah harus dikembalikan ke Quraisy dengan suka rela, walaupun dia adalah orang Iaslam. Sedangkan setiap penduduk Madinah yang elarikan diri ke Makkah tidak wajib dikembalikan ke Madinah, walau di adalah orang Islam.
Dua poin ini sekilas bentuk kekalahan dan kehinaan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Tak ayal lagi para sahabat geram dan merasa terhina dengan kesepakatan ini, sampai-sampai sahabat Umar bin Al Khatthab radhiallahu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَسْنَا عَلَى حَقٍّ وَهُمْ عَلَى بَاطِلٍ قَالَ « بَلَى ». قَالَ أَلَيْسَ قَتْلاَنَا فِى الْجَنَّةِ وَقَتْلاَهُمْ فِى النَّارِ قَالَ « بَلَى ». قَالَ فَفِيمَ نُعْطِى الدَّنِيَّةَ فِى دِينِنَا وَنَرْجِعُ وَلَمَّا يَحْكُمِ اللَّهُ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ فَقَالَ « يَا ابْنَ الْخَطَّابِ إِنِّى رَسُولُ اللَّهِ وَلَنْ يُضَيِّعَنِى اللَّهُ أَبَدًا

“Wahai Rasulullah, bukankah kita di atas kebenaran sedangkan mereka di atas kebatilan. ? Beliau menjawab: Tentu. Lalu sahabat Umar kembali berkata: Bukankah orang yang terbunuh dari kita akan masuk surga sedangkan korban dari mereka pasti masuk neraka? beliau menjawab: Tentu. Selanjutnya sahabat Umar berkata: Bila demikia, mengapa kita rela menerima kehinaan dalam urusan kebenaran (agama) kita, sedangkan Allah belum memberikan keputusan-Nya antara kita dan mereka (belum terjadi peperangan) ? beliau menjawab: Wahai putra Al Khatthab, sesungguhnya aku adalah utusan Allah, dan selamanya Allah tiada mungkin menyia-nyiakan aku.

Merasa belum puas, sahabat Umar radhiallahu ‘anhu mendatangi sahabat Abu Bakar radhiallahu ‘anhu untuk menumpahkan kekecewaannya, dan terjadilah komunikasi seperti di atas anatara mereka berdua.” (Bukhari & Muslim)

Ya, dalam kondisi penuh dengan kekecewaan dan sakit hati seperti ini sangatlah berat untuk menggunakan nalar sehat, apalagi hanya bermodalkan iman semata. Kebanyakan orang akan hanyut dalam amarah, kekecewaan dan ambisi membalas, apalagi bila merasa mampu dan kuat. Namun tentu sekedar perasaan mampu dan kekecewaan tidaklah cukup untuk menghadai masalah besar dan dalam kondisi susah seperti ini. Sepatutnya dalam kondisi seperti ini, ilmu dan iman kepada pertolongan Allah haruslah lebih di dahulukan.

Langkah yang diambil oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menerima persyaratan Quraisy ternyata terbukti efektif untuk mengakhiri perseteruan dengan Quraisy. Karena diantara poin kesepakatan antara mereka ialah kedua belah pihak berkomitmen untuk tidak lagi saling mengganggu dan memberi kebebasan kepada seluruh kabilah untuk bergabung dengan siapapun dari kedua kelompok ini.

Poin kesepakatan ini menjadi kredit poin penting dan sekaligus titik balik dari perseteruan antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan orang-orang Quraisy. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat keleluasaan untuk mendakwahi kabilah kabilah lain, tanpa gangguan yang berarti dari Quraisy. Dan sebaliknya qabilah lain mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk berinteraksi dan mengenal Islam lebih dekat, hingga akhirnya banyak dari mereka masuk Islam. Berbagai qabilah yang sebelumnya mendukung Quraisy, kini berbalik arah dan masuk Islam, sampaipun berbagai qabilah yang ada di sekitar Makkah.

Qabilah berbondong bondong menyatakan keislamannya, hingga akhirnya Quraisy terkucilkan dan kehilangan dukungan dari banyak qabilah, dan akhirnya kekuatan Quraisypun melemah. Kondisi inilah yang Allah Ta’ala sebutkan sebagai pertolongan Allah Ta’ala dan sekaligus kemenangan kaum Muslimin. Allah berfirman :

إِذَا جَاء نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ {1} وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” (An Nasher 1&2)

Pada kisah ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi pelajaran bahwa mundur selangkah bukan berarti kekalahan selamanya. Sebagaimana diantara strategi yang sepatutnya kita terapkan dalam mewujudkan kemenangan ialah merontokkan kekuatan penopang dan basis dukungan yang dimiliki oleh lawan.

Walaupun kala itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memiliki pasukan yang kuat dan tangguh, namun beliau memilih untuk mundur selangkah, guna menempuh jalur lunak, yaitu dengan mengikis dukungan lawan, sebelum benar-benar berkonfrontasi degan musuh utamanya. Secara kalkulasi kala itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama pasukannya mampu melawan Quraisy dan mengalahkan mereka, namun tentu saja membutuhkan waktu panjang, biaya besar, korban jiwa yang banyak dan… dan …

Namun dengan mundur selangkah, beliau berhasil mengikis basis dukungan Quraisy, sehingga setelah dirasa waktunya tepat beliau mengumumkan peperangan terbuka, dan berterus terang hendak menyerang kota Makkah tanpa kawatir akan dihadang oleh qabilah loyalis Quraisy yang sebelumnya betebaran di sepanjang jalan menuju kota Makkah.

Belumkah tiba saatnya anda meneladani strategi dakwah dan perjuangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas? Mengapa kita begitu bernafsu dengan berbagai kegiatan yang bernuansa show of power ?

Tidakkah akan lebih bijak bila dakwah dengan cara gerilya, dari masjid masjid kampung terus digiatkan, dari rumah ke rumah dilipat gandakan, dari instansi ke instansi lain terus disemarakkan, hingga suatu saat nanti, bila telah kondusif maka acara yang beraroma show of power dapat dilaksanakan tanpa ada kekawatiran akan ada gangguan yang perlu dikawatirkan. Toh, tanpa kegiatan yang bernuansa show of power dakwah anda tetap berjalan dengan lancar. Dengan demikian gengsi sebagian orang yang selama ini merasa sebagai “raja hutan”, atau sebagai super power di tengah ummat Islam, dapat dikikis atau taringnya dijadikan tumpul dan aumanya dibuat merdu sehingga tidak lagi menakutkan.

Mengapa ada kesan bahwa bila kegiatan yang bernuansa show of power ditolak, berarti dakwah berhenti dan berakhir? Apalagi kehormatan dakwah tercoreng? Mengapa para punggawa dakwah lupa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

من تواضع لله رفعه الله

“SIapapun yang merendahkan dirinya karena Allah, niscaya Allah meninggikan derajatnya.” (Abu Nuim dan lainnya)

Sobat, ingat, dan sekali lagi ingat, anda hidup di tengah tengah saudara anda sendiri sesama ummat Islam, sejauh apapun perbedaan anda dengan mereka toh mereka tetap saudara anda sesama ummat yang bersyahadat :
لا إله إلا الله ومحمد رسول الله

Sobat, mari kita semua menjadi perekat di tengah tengah Ummat Islam, dan jangan sampai kita menjadi pemecah di tengah tengah saudara kita. Ummat kita yang sudah terpecah jangan ditambah pecah, kalaupun sebagian saudara kita bersikap lancang dan melampaui batas, bukan berarti itu alasan untuk bersikap yang serupa

Dan kalau anda berkata: negara kita negara hukum, kita tempuh saja jalur hukum, kita gugat, kita perkarakan, kita memiliki para pungawa peradilan dan lainnya, maka dengar pesan khalifah Umar bin Al Khatthab tentang penyelesaian masalah melalui jalur hukum:

رُدُّوا الْخُصُومَ حَتَّى يَصْطَلِحُوا ، فَإِنَّ فَصْلَ الْقَضَاءِ يُورِثُ بَيْنَ الْقَوْمِ الضَّغَائِنَ.

“Upayakan agar kedua orang yang bersengketa menempuh jalur perdamaian, karena menyelesaikan persengketaan melalui jalur hukum pasti menyisakan dendam dan kebencian antara keduanya.” (Abdurrazzaq, Ibnu Abi Syaibah dan lainya)

Ini pesan beliau padahal peradilan di zaman beliau peradilan Islam dan benar-benar adil, bagaimana halnya dengan peradilan zaman kita yang seperti ini?

Lalu solusinya bagaimana dong? Ya, kembali lagi solusinya sabar, dan sabar, dan terus sabar.

Maaf saudaraku, status ini mungkin terlalu panjang untuk anda baca, namun maafkan saudaramu ini, yang sedang dihantui oleh kemungkinan adanya “tikus tikus penyusup” yang sengaja menghendaki adanya gesekan dan benturan di tengah-tengah ummat Islam.

Muhammad Arifin Badri,  حفظه الله تعالى 
Share:

Kisah Istri Sholehah…” (Berhak Untuk Dibaca…!!)

40 Jenis Bunga Cantik (Menawan dan Bermanfaat)
Seorang istri menceritakan kisah suaminya pada tahun 1415 H, ia berkata :

Suamiku adalah seorang pemuda yang gagah, semangat, rajin, tampan, berakhlak mulia, taat beragama, dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia menikahiku pada tahun 1390 H. Aku tinggal bersamanya (di kota Riyadh) di rumah ayahnya sebagaimana tradisi keluarga-keluarga Arab Saudi. Aku takjub dan kagum dengan baktinya kepada kedua orang tuanya. Aku bersyukur dan memuji Allah yang telah menganugerahkan kepadaku suamiku ini. Kamipun dikaruniai seorang putri setelah setahun pernikahan kami.

Lalu suamiku pindah kerjaan di daerah timur Arab Saudi. Sehingga ia berangkat kerja selama seminggu (di tempat kerjanya) dan pulang tinggal bersama kami seminggu. Hingga akhirnya setelah 3 tahun, dan putriku telah berusia 4 tahun… Pada suatu hari yaitu tanggal 9 Ramadhan tahun 1395 H tatkala ia dalam perjalanan dari kota kerjanya menuju rumah kami di Riyadh ia mengalami kecelakaan, mobilnya terbalik. Akibatnya ia dimasukkan ke Rumah Sakit, ia dalam keadaan koma. Setelah itu para dokter spesialis mengabarkan kepada kami bahwasanya ia mengalami kelumpuhan otak. 95 persen organ otaknya telah rusak. Kejadian ini sangatlah menyedihkan kami, terlebih lagi kedua orang tuanya lanjut usia. Dan semakin menambah kesedihanku adalah pertanyaan putri kami (Asmaa’) tentang ayahnya yang sangat ia rindukan kedatangannya. Ayahnya telah berjanji membelikan mainan yang disenanginya…

Kami senantiasa bergantian menjenguknya di Rumah Sakit, dan ia tetap dalam kondisinya, tidak ada perubahan sama sekali. Setelah lima tahun berlalu, sebagian orang menyarankan kepadaku agar aku cerai darinya melalui pengadilan, karena suamiku telah mati otaknya, dan tidak bisa diharapkan lagi kesembuhannya. Yang berfatwa demikian sebagian syaikh -aku tidak ingat lagi nama mereka- yaitu bolehnya aku cerai dari suamiku jika memang benar otaknya telah mati. Akan tetapi aku menolaknya, benar-benar aku menolak anjuran tersebut.

Aku tidak akan cerai darinya selama ia masih ada di atas muka bumi ini. Ia dikuburkan sebagaimana mayat-mayat yang lain atau mereka membiarkannya tetap menjadi suamiku hingga Allah melakukan apa yang Allah kehendaki.

Akupun memfokuskan konsentrasiku untuk mentarbiyah putri kecilku. Aku memasukannya ke sekolah tahfiz al-Quran hingga akhirnya iapun menghafal al-Qur’an padahal umurnya kurang dari 10 tahun. Dan aku telah mengabarkannya tentang kondisi ayahnya yang sesungguhnya. Putriku terkadang menangis tatkala mengingat ayahnya, dan terkadang hanya diam membisu.

Putriku adalah seorang yang taat beragama, ia senantiasa sholat pada waktunya, ia sholat di penghujung malam padahal sejak umurnya belum 7 tahun. Aku memuji Allah yang telah memberi taufiq kepadaku dalam mentarbiyah putriku, demikian juga neneknya yang sangat sayang dan dekat dengannya, demikian juga kakeknya rahimahullah.

Putriku pergi bersamaku untuk menjenguk ayahnya, ia meruqyah ayahnya, dan juga bersedekah untuk kesembuhan ayahnya.
Pada suatu hari di tahun 1410 H, putriku berkata kepadaku : Ummi biarkanlah aku malam ini tidur bersama ayahku…
Setelah keraguan menyelimutiku akhirnya akupun mengizinkannya.

Putriku bercerita :

Aku duduk di samping ayah, aku membaca surat Al-Baqoroh hingga selesai. Lalu rasa kantukpun menguasaiku, akupun tertidur. Aku mendapati seakan-akan ada ketenangan dalam hatiku, akupun bangun dari tidurku lalu aku berwudhu dan sholat –sesuai yang Allah tetapkan untukku-.

Lalu sekali lagi akupun dikuasai oleh rasa kantuk, sedangkan aku masih di tempat sholatku. Seakan-akan ada seseorang yang berkata kepadaku, “Bangunlah…!!, bagaimana engkau tidur sementara Ar-Rohmaan (Allah) terjaga??, bagaimana engkau tidur sementara ini adalah waktu dikabulkannya doa, Allah tidak akan menolak doa seorang hamba di waktu ini??”

Akupun bangun…seakan-akan aku mengingat sesuatu yang terlupakan…lalu akupun mengangkat kedua tanganku (untuk berdoa), dan aku memandangi ayahku –sementara kedua mataku berlinang air mata-. Aku berkata dalam do’aku, “Yaa Robku, Yaa Hayyu (Yang Maha Hidup)…Yaa ‘Adziim (Yang Maha Agung).., Yaa Jabbaar (Yang Maha Kuasa)…, Yaa Kabiir (Yang Maha Besar)…, Yaa Mut’aal (Yang Maha Tinggi)…, Yaa Rohmaan (Yang Maha Pengasih)…, Yaa Rohiim (Yang Maha Penyayang)…, ini adalah ayahku, seorang hamba dari hamba-hambaMu, ia telah ditimpa penderitaan dan kami telah bersabar, kami Memuji Engkau…, kemi beriman dengan keputusan dan ketetapanMu baginya…

Ya Allah…, sesungguhnya ia berada dibawah kehendakMu dan kasih sayangMu.., Wahai Engkau yang telah menyembuhkan nabi Ayyub dari penderitaannya, dan telah mengembalikan nabi Musa kepada ibunya…Yang telah menyelamatkan Nabi Yuunus dari perut ikan paus, Engkau Yang telah menjadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi Nabi Ibrahim…sembuhkanlah ayahku dari penderitaannya…

Ya Allah…sesungguhnya mereka telah menyangka bahwasanya ia tidak mungkin lagi sembuh…Ya Allah milikMu-lah kekuasaan dan keagungan, sayangilah ayahku, angkatlah penderitaannya…”

Lalu rasa kantukpun menguasaiku, hingga akupun tertidur sebelum subuh.

Tiba-tiba ada suara lirih menyeru.., “Siapa engkau?, apa yang kau lakukan di sini?”. Akupun bangun karena suara tersebut, lalu aku menengok ke kanan dan ke kiri, namun aku tidak melihat seorangpun. Lalu aku kembali lagi melihat ke kanan dan ke kiri…, ternyata yang bersuara tersebut adalah ayahku…

Maka akupun tak kuasa menahan diriku, lalu akupun bangun dan memeluknya karena gembira dan bahagia…, sementara ayahku berusaha menjauhkan aku darinya dan beristighfar. Ia barkata, “Ittaqillah…(Takutlah engkau kepada Allah….), engkau tidak halal bagiku…!”. Maka aku berkata kepadanya, “Aku ini putrimu Asmaa'”. Maka ayahkupun terdiam. Lalu akupun keluar untuk segera mengabarkan para dokter. Merekapun segera datang, tatkala mereka melihat apa yang terjadi merekapun keheranan.

Salah seorang dokter Amerika berkata –dengan bahasa Arab yang tidak fasih- : “Subhaanallahu…”. Dokter yang lain dari Mesir berkata, “Maha suci Allah Yang telah menghidupkan kembali tulang belulang yang telah kering…”. Sementara ayahku tidak mengetahui apa yang telah terjadi, hingga akhirnya kami mengabarkan kepadanya. Iapun menangis…dan berkata, اللهُ خُيْرًا حًافِظًا وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِيْنَ Sungguh Allah adalah Penjaga Yang terbaik, dan Dialah yang Melindungi orang-orang sholeh…, demi Allah tidak ada yang kuingat sebelum kecelakaan kecuali sebelum terjadinya kecelakaan aku berniat untuk berhenti melaksanakan sholat dhuha, aku tidak tahu apakah aku jadi mengerjakan sholat duha atau tidak..??

          Sang istri berkata : Maka suamiku Abu Asmaa’ akhirnya kembali lagi bagi kami sebagaimana biasanya yang aku mengenalinya, sementara usianya hampir 46 tahun. Lalu setelah itu kamipun dianugerahi seorang putra, Alhamdulillah sekarang umurnya sudah mulai masuk tahun kedua. Maha suci Allah Yang telah mengembalikan suamiku setelah 15 tahun…, Yang telah menjaga putrinya…, Yang telah memberi taufiq kepadaku dan menganugerahkan keikhlasan bagiku hingga bisa menjadi istri yang baik bagi suamiku…meskipun ia dalam keadaan koma…

Maka janganlah sekali-kali kalian meninggalkan do’a…, sesungguhnya tidak ada yang menolak qodoo’ kecuali do’a…barang siapa yang menjaga syari’at Allah maka Allah akan menjaganya.

Jangan lupa juga untuk berbakti kepada kedua orang tua… dan hendaknya kita ingat bahwasanya di tangan Allah lah pengaturan segala sesuatu…di tanganNya lah segala taqdir, tidak ada seorangpun selainNya yang ikut mengatur…

Ini adalah kisahku sebagai ‘ibroh (pelajaran), semoga Allah menjadikan kisah ini bermanfaat bagi orang-orang yang merasa bahwa seluruh jalan telah tertutup, dan penderitaan telah menyelimutinya, sebab-sebab dan pintu-pintu keselamatan telah tertutup…

Maka ketuklah pintu langit dengan do’a, dan yakinlah dengan pengabulan Allah….
Demikianlah….Alhamdulillahi Robbil ‘Aaalamiin (SELESAI…)

          Janganlah pernah putus asa…jika Tuhanmu adalah Allah…
          Cukup ketuklah pintunya dengan doamu yang tulus…
          Hiaslah do’amu dengan berhusnudzon kepada Allah Yang Maha Suci
          Lalu yakinlah dengan pertolongan yang dekat dariNya…

(sumber : http://www.muslm.org/vb/archive/index.php/t-416953.html , Diterjemahkan oleh Firanda Andirja)

Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 19-11-1434 H / 25 September 2013 M
www.firanda.com

Read more https://firanda.com/898-kisah-istri-sholehah-berhak-untuk-dibaca.html

Barakallahu Fiikum... 
Share:

KISAH LAKI LAKI TIDAK PERNAH SHOLAT NAMUN HUSNUL KHOTIMAH

Santai Sejenak, Menyaksikan Pemandangan Lain Berpaling dari Kesumukan Kota  Kita Sehari-hari | Konfrontasi
Seorang lelaki di Saudi memiliki tetangga yang tak pernah sholat dan berpuasa. Suatu hari, dia bermimpi kedatangan lelaki. Dalam mimpinya itu, lelaki tadi memintanya agar mengajak tetangganya yang tak pernah shalat untuk umrah.


Ia dikejutkan oleh mimpinya namun ia tak hiraukan. Anehnya mimpi yang sama terulang. Akhirnya ia mendatangi seorang syaikh untuk bertanya tentang mimpi tsb. Syaikh berujar bhw jika mimpi terulang lagi, ia mesti merealisasikan mimpinya itu.

Dan benar saja, ia bermimpi lagi. Lantas ia mengunjungi tetangganya untuk menawarkannya umrah bersama.

“Ayo umrah bersama kami.”

“Bagaimana aku akan umrah sementara aku tak pernah sholat.”

“Tenang saja. Aku akan mengajarkanmu sholat.”

Ia pun mengajarkannya kemudian lelaki itu mengerjakan sholat.

“Baik, aku sudah siap. Mari berangkat. Tapi, bagaimana aku umrah sementara aku tak tahu caranya.”

“Nanti di mobil kuajari.”

Keduanya dgn senang hati berangkat untuk umrah dengan menggunakan mobil. Setelah tiba, mereka melakukan tuntunan yang disyariatkan.

Selesailah prosesi. Keduanya akan kembali pulang.

“Sebelum balik, adakah engkau ingin melakukan sebuah amal yang engkau anggap penting?” Tanyanya kepada tetangganya.

“Iya. Aku ingin shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim.”

Sang tetangga pun sholat dan terjadilah hal yang menakjubkan. Ia meninggal dalam keadaan bersujud.

Lelaki yang membawanya kaget dan tersentak. Bagaimana mungkin lelaki yang hadir dalam mimpinya dan diajak umrah meninggal seolah-olah dia adalah wasilah kematiannya.

Akhirnya, jenazah dibawa pulang ke rumah istrinya. Ia bertanya dalam hati, bagaimana mungkin lelaki yang tak pernah shalat dan puasa meninggal saat umrah dalam keadaan sujud husnul khatimah? Ia berpikir pastilah ada amal spesial dan rahasia yang dilakukannya.

Kepada istri lelaki tadi, ia bertanya ttg ini. Istri tsb menjawab:

“Kami memiliki tetangga seorang wanita tua renta. Suamiku begitu menyayanginya. Suamiku selalu membuat sendiri sarapan, makan siang dan makan malam lalu mengantarkannya kpd wanita tua itu. Wanita itu kerapkali mendoakan husnul khatimah untuk suamiku.”

_____
Kisah di atas kami terjemahkan dari akun seorang ikhwah (Mesir).

Kami teringat nasehat syaikh Rajihi di kelas:

“Usahakan ya ikhwan,” kata syaikh, “kalian mesti memiliki amal rahasia yang hanya Alloh dan engkau saja yang tahu. Ini akan membantu kalian mengarungi dunia dan negeri akherat.”

Pemuda dalam kisah di atas memiliki amal rahasia yaitu memberi makan wanita tua yang merupakan tetangganya. Ia pun berteman dgn orang shalih yang merupakan wasilah menuju husnul khatimahnya.

“Sungguh,” tutur syaikh Sami di hadapan kami, “banyaklah berteman dengan orang-orang sholeh, penghafal alquran, dan lainnya.”

____
Alih bahasa: Yani Fahriansyah (2014) 
Share:

💠 HADITS PALSU TENTANG SEORANG YAHUDI BUTA YANG DISUAPI RASULULLAH DI SUDUT PASAR MADINAH 💠

Rub al Khali, Gurun Pasir Terluas di Dunia - Bobo✔ Banyak beredar postingan Video di sosmed tentang kisah seorang Yahudi miskin lagi buta yang suka mencaci maki dan menghujat
Rasulullah ﷺ, namun beliau tiap pagi dengan penuh kesabaran dan kesantunan menyuapinya.

✏ Adapun kisah lengkapnya sebagai berikut :

“Di pasar madinah ada seorang Yahudi miskin lagi buta, dia selalu memeringatkan kepada siapapun yang melewatinya akan keburukan
Rasulullah ﷺ. Dia berkata, Muhammad adalah pendusta, dan tukang sihir, sambil mencaci maki dan menghujatnya. Meskipun begitu Rasulullah
menemuinya tiap pagi untuk menyuapinya tanpa mengajak bicara dan memberitahu siapakah sebetulnya dia. Beliau terus-menerus
menyuapinya hingga wafat, akhirnya makanan terputus darinya.

Pada suatu hari, Abu Bakar menanyakan ‏kepada Aisyah, apakah masih ada sunnah-sunnah Rasul yang belum dia kerjakan. Maka beliau
menjawab, Sesungguhnya semua Sunnah Rasul telah Engkau kerjakan kecuali satu. Dan beliau mengabarkan bahwa Rasulullah ﷺ setiap pagi
menyuapi Yahudi buta. Maka Abu Bakar pergi dengan membawa makanan untuk menyuapinya, namun si Yahudi tahu bahwa orang yang
menyuapinya sekarang berbeda dengan orang sebelumnya. Akhirnya si Yahudi bertanya tentang dia dan dikabarkan bahwa orang yang
menyuapinya selama ini adalah Rasulullah. Maka si Yahudi menangis dan menyesal selama ini berlaku buruk kepada Rasulullah, padahal
selama ini beliau yang menyuapinya. Abu Bakar pun menangis kemudian Yahudi pun masuk Islam.”

📝 Jawab :

✔ Sesungguhnya kisah diatas dusta dan sanadnya batil sehingga haram bagi seorang Muslim mempercayainya dan menyebarkannya dengan
beberapa alasan sebagai berikut :

1⃣ Pertama, kalau kisah tersebut diatas terjadi di Mekah masih memungkinkan untuk ditolelir karena kaum Muslimin dalam kondisi lemah.
Sedangkan di Madinah, kaum Muslimin dalam posisi kuat, maka kaum Muslimin membiarkan penghinaan seperti itu jelas tidak mungkin,
apalagi Yahudi ketika itu dalam kondisi lemah dan hina dina.

2⃣ Kedua, bagaimana ada seorang Yahudi dibiarkan menghujat Rasulullah ﷺ, sementara ada Yahudi yang melecehkan wanita muslimah saja di
sebuah pasar Madinah, dengan segera Rasulullah ﷺ mengirim pasukan dan menghukum Yahudi yang melakukan pelecehan kepada wanita
tersebut. Maka suatu perkara yang janggal, justru Abu Bakar malah datang kepada Yahudi yang mencaci maki Rasulullah ﷺ untuk
menyantuninya.

✔ Kalau shahabat marah hanya karena suatu kata-kata yang tidak senonoh yang ditujukan kepada Nabi ﷺ bagaimana mungkin membiarkan
Yahudi mencaci maki dan menghujat Nabi?

📚 Dalam shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah berkata,

“Ketika ada seorang Yahudi yang menawarkan barang dagangan lalu ditawar dengan harga yang dia tidak disukainya maka dia berkata,
Tidak, demi dzat yang telah memilih Nabi Musa diatas seluruh manusia! Maka ketika ada seorang Anshar yang mendengarnya maka langsung
menampar wajah Yahudi tersebut. Dan orang Anshar itu berkata kepadanya, Lancang sekali kamu berkata, demi dzat yang telah memilih
Musa diatas seluruh manusia, sedangkan Rasulullah masih hidup di tengah kita.”

3⃣ Ketiga, seandainya peristiwa itu betul-betul terjadi berarti Yahudi tersebut termasuk kafir dzimmi yang melanggar perjanjian, sementara
siapapun dari orang-orang kafir dzimmi atau muahad yang mencaci maki Rasulullah ﷺ berarti dia telah melanggar perjanjian maka boleh
dibunuh. Bahkan penghujat Nabi meskipun Muslim wajib dibunuh berdasarkan ijma seperti penuturan Ibnu Mundzir, alQadhi Iyadh, alQurthuby,
Ibnu Taimiyah dan Ibnu Hajar, BAGAIMANA KALAU YANG MENGHUJAT YAHUDI!!!

4⃣ Keempat, sebetulnya menjelang wafatnya Rasulullah ﷺ sudah tidak ada lagi seorang pun dari Yahudi yang tinggal di Madinah, bahkan di
antara mereka ada yang dibunuh seperti Bani Quraidhah dan yang lainnya dibunuh karena melanggar perjanjian dan khianat. Dan tidak ada
yang dibiarkan hidup kecuali kaum wanita dan anak-anak.

✔ Bahkan di antara mereka diusir dan dideportasi dari Madinah seperti Bani Qainuqa' dan Bani Nadzir yang telah berencana membunuh Nabi
ﷺ. Bahkan mereka diusir hingga perbatasan Syam.

✔ Semua Yahudi terusir dan dibunuh hingga tidak tersisa seorang Yahudi pun di Madinah sebelum wafatnya Rasulullah.

👤 Imam Ibnu Qayyim berkata,

“Kaum Yahudi diadili (pada zaman Rasul) dalam beberapa kasus; ketika Rasulullah ﷺ datang di Madinah mereka diajak berdamai oleh
Rasulullah, kemudian Bani Qainuqa' memeranginya namun beliau sanggup mematahkan serangan mereka. Ternyata Bani Quraidhah juga
melakukan hal sama, namun beliau sanggup mengalahkan akhirnya mereka dibunuh. Dan kemudian penduduk Khaibar juga memeranginya
namun beliau sanggup mematahkan mereka tetapi beliau membiarkan tinggal di Khaibar kecuali yang telah dibunuh oleh Rasulullah.

Setelah Saad bin Muadz memberi putusan hukum pada Bani Quraidhah, para pasukan perang dipenggal lehernya, sementara anak-anak dan
kaum wanita mereka ditawan serta harta mereka dijadikan rampasan perang. Maka Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa putusan hukum tersebut
sesuai dengan putusan Allah dari atas langit yang tujuh. Maka bisa disimpulkan bahwa siapa pun yang melanggar perjanjian maka akan
berdampak pada dibolehkan menawan kaum wanita dan anak-anak mereka. Dan bila mereka melanggarnya dalam posisi perang maka akan
juga berdampak pada pasukan perang. Dan demikian itu hukum Allah Ta’ala yang berlaku pada mereka.”

👉 Masih banyak cerita dusta seperti ini yang beredar di tengah masyarakat yang dipasarkan para juru dakwah kompromistis dan toleran
kepada kaum kuffar namun sebetulnya bunuh diri di hadapan ahli kitab.

🔽➖➖➖🔽➖➖➖🔽

🖊 Penulis : Ustadz Zainal Abidin Syamsuddin ﺣﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
🌐 Sumber Tambahan : https://www.nahimunkar.org/hadits-palsu-kisah-pengemis-yahudi-buta-hoax/
🔗 Fatwa Ulama Malaysia : Kedudukan Hadith: “Rasululah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dan Pengemis Yahudi Buta” http://www.*e-
fatwa.*gov*.my/blog/kedudukan-hadith-rasululah-saw-dan-pengemis-yahudi-buta (hilangkan *)
🔗 Ustadz Fariq Gasim Anuz, penulis buku “Abu Bakar Ash-Shiddiq–Kepemimpinan dan Kelembutan Akhlak Pembela Nabi”. Beliau mempunyai
pendapat yang bahwa hadits tersebut tidak ada asalnya. (disampaikan saat bedah buku Abu Bakar Ash-Shiddiq di Cilegon Banten). Profil :​
http://www.fariqanuz.com/profil/
Share:

Kisah Wanita Salihah yang Mengagumkan

10 Padang Gurun Paling Populer di Dunia, Indah dan Eksotis Banget!Syaikh Walid Abdussalam Bali hafizhahullah pernah mengisahkan tentang seorang wanita yang menjaga diri dan mengenakan cadar yang tidak mau pergi ke dokter laki-laki selama ada dokter wanita. Syaikh mengatakan, bahkan bahwa wanita ini sedang hamil. Ketika tiba waktunya melahirkan mereka membawanya ke rumah sakit khusus wanita dan persalinan yang semua  wanita. Ia pun masuk, dan para perawat memasukkannya ke dalam ruang khusus untuknya. Lalu, ia menunggu kedatangan dokter wanita.
.
Setelah beberapa saat menunggu, tiba-tiba pintu ruang dibuka oleh seorang dokter laki-laki yang hendak menanganinya. Ketika melihat dokter laki-laki, ia berteriak dan secepatnya ia menutupkan kerudungnya pada wajahnya seraya berkata, “Keluarkan dia, keluarkan dia!” Dokter laki-laki ini marah besar. Dokter ini tidak mengetahui etika Islam dalam hal ini dan tidak mempunyai komitmen yang kuat terhadap syariat Islam. Keadaan ini semakin genting lantaran posisi janin yang di dalam perutnya berbalik (sungsang). Dokter laki-laki ini berkata kepada perawat, “Tinggalkan dia di dalam ruang itu dan tutup pintunya! Biarkan saja dia, hingga mati seperti ini!”
.
Ternyata, mereka benar-benar membiarkan dan menutupnya di dalam ruangan. Akan tetapi, mereka tidak meninggalkan sendirian, karena mereka menitipkan kepada Rabbnya. Ia takut kepada-Nya bila wajahnya terlihat oleh laki-laki yang bukan mahramnya sehingga menyalahi perintah Rabbnya Yang Maha Kuasa. Ia pun memohon kepada-Nya dengan penuh ketundukan dan tidak henti-hentinya memanjatkan doa.
.
Saat ia dalam dalam keadaan seperti ini, ada dorongan pada dirinya hingga membuat posisi janin dalam perutnya menjadi normal. Kemudian dia menahan sebentar untuk istirahat. Setelah itu, datanglah kepadanya dorongan berikutnya hingga janin keluar ke alam kita dengan perintah penciptanya sebagai balasan atas sikapnya yang takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan kesadarannya bahwa Dia senantiasa mengawasinya.
.
Ketika mendengar tangisan bayi yang baru dilahirkan, para perawat wanita yang saat itu berada di luar ruangan langsung bergegas masuk dengan tercengang. Mereka segera membersihkan dan mengurus bayi itu sebagaimana layaknya. Setelah mereka menanyakan apa yang terjadi padanya, wanita itupun memberitahukan apa yang baru saja dialaminya kepada mereka. (Dikutip dari buku 300 Dosa Yang Diremehkan Wanita (terjemah), Syaikh Nada Abu Ahmad, hlm. 137-138).
.
💎 Masya Allah, kisah luar biasa yang menakjubkan iman dengan keyakinan yang kuat akan pertolongan Allah ketika ia melaksanakan hukum-Nya sehingga berbuah dengan dimudahkannya menghadapi detik-detik kritis melahirkan anaknya. Keteguhan menjaga perintah-Nya menjadikannya sabar dan ridha dengan takdir-Nya. Sungguh kisah yang di zaman sekarang cukup langka karena para wanita meremehkan perkara ini. Apalagi saat ini, insya Allah keberadaan dokter-dokter wanita sudah tersedia sehingga para muslimah lebih selamat dan bisa tenang, serta terjaga auratnya. Dengan demikian, tanpa kebutuhan mendesak yang menyangkut keselamatan nyawa selayaknya lebih memprioritaskan berobat pada sesama dokter wanita.
.
Kebanyakan pelanggaran-pelanggaran syar’i yang terjadi di kamar bersalin karena lemahnya iman. Contohnya, meminta dokter laki-laki menggantikan dokter wanita. Padahal, ada dokter wanita dan tidak mendesak mendatangkan dokter laki-laki dalam keadaan takut dan khawatir. Jangan lupa bahwa Allah bersamamu.
.
“Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 194)
(Dikutip dari buku Wirid-Wirid Menjelang Persalinan, terjemah karya Ummu Abdillah Nurah binti Abdurrahman hlm. 84)
.
•┈┈┈◎❅❀❦🌸❦❀❅◎┈┈┈•
.
☆Pegang erat sunnah dan gigitlah dengan geraham - Berani syar'i tanpa selfie☆
.
🔊 Disebarkan oleh :
.
📸 instagram : @muslimah.salafy
💻 facebook.com/muslimah.salafyy
📢 Telegram : t.me/muslimahsalafyy
📲 Group WA : muslimah.salafy
🌏 Sumber : muslimah.or.id
Share:

KHADIJAH ISTRI TERKASIH RASUL

5 Oase Mata Air Gurun Pasir Paling Indah di Dunia - Doripos
🌹Khadijah Memang Wanita Istimewa🌹


DUA PERTIGA (2/3) wilayah Makkah adalah milik Siti Khadijah binti khuwailid, istri pertama Rasulullah SAW. Ia wanita bangsawan yang menyandang kemuliaan dan kelimpahan harta kekayaan. Namun ketika wafat, tak selembar kafan pun dia miliki. Bahkan baju yang dikenakannya di saat menjelang ajal adalah pakaian kumuh dengan 83 tambalan.

“Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba,” bisik Khadijah kepada Fatimah sesaat menjelang ajal. “Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku. Aku malu dan takut memintanya sendiri”.

Mendengar itu Rasulullah berkata, “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga”.

Siti Khadijah, Ummul Mu’minin (ibu kaum mukmin), pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Rasulullah. Didekapnya sang istri itu dengan perasaan pilu yang teramat sangat. Tumpahlah air mata mulia Rasulullah dan semua orang yang ada di situ.

Dalam suasana seperti itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan.

Rasulullah menjawab salam Jibril, kemudian bertanya, “Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?”

“Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali dan Hasan,” jawab Jibril yang tiba-tiba berhenti berkata, kemudian menangis.

Rasulullah bertanya, “Kenapa, ya Jibril?”

“Cucumu yang satu, Husain, tidak memiliki kafan. Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan,” jawab Jibril.

Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah, “Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku tak kan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Mahamengetahui semua amalanmu. Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban!?”

Tersedu Rasulullah mengenang istrinya semasa hidup.

Khadijah

Dikisahkan, suatu hari, ketika Rasulullah pulang dari berdakwah, beliau masuk ke dalam rumah. Khadijah menyambut, dan hendak berdiri di depan pintu, kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Khadijah, tetaplah kamu di tempatmu”.

Ketika itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi. Saat itu seluruh kekayaan mereka telah habis. Seringkali makanan pun tak punya, sehingga ketika Fatimah menyusu, bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. Darahlah yang masuk dalam mulut Fatimah r.a.

Kemudian Rasulullah mengambil Fatimah dari gendongan istrinya, dan diletakkan di tempat tidur. Rasulullah yang lelah sepulang berdakwah dan menghadapi segala caci-maki serta fitnah manusia itu, lalu berbaring di pangkuan Khadijah hingga tertidur.

Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah hingga membuat beliau terjaga.

“Wahai Khadijah, mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku?” tanya Rasulullah dengan lembut.

Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekayaanmu habis. Adakah engkau menyesal, wahai Khadijah, bersuamikan aku, ?" lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis.

“Wahai suamiku, wahai Nabi Allah. Bukan itu yang kutangiskan," jawab Khadijah.
"Dahulu aku memiliki kemuliaan, Kemuliaan itu telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku adalah bangsawan, Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan, Seluruh kekayaan itupun telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya”.

"Wahai Rasulullah, sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah, sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit atau pun jembatan, maka galilah lubang kuburku, ambillah tulang-belulangku, jadikanlah sebagai jembatan bagimu untuk menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu”.

"Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah, Ingatkan mereka kepada yang hak, Ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulullah”.

Rasulullah pun tampak sedih. “Oh Khadijahku sayang, kau meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku. Siapa lagi yang akan membantuku?”
“Aku, ya Rasulullah!” sahut Ali bin Abi Thalib. jawab, menantu Rasullulah...

Di samping jasad Siti Khadijah, Rasulullah kemudian berdoa kepada Allah.

“Ya Allah, ya ILahi Rabbiy, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam, Mempercayaiku pada saat orang lain menentangku, Menyenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku, Menenteramkanku pada saat orang lain membuatku gelisah”.

Semoga bermanfaat 🙏
Share:

RADIO DAKWAH

Recent Posts

Pages